TUGAS
KELOMPOK FARMAKOLOGI
“DESINFEKSI DAN ANTISEPTIK”
KELOMPOK
5 :
- Vita
Wahyu Hidayani (9227)
- Rizqi
Ayu Damayanti (9232)
- Tiara
Budi Eka Lestari (9233)
- Nur
Afiati (9234)
- Eka
Indah Novianti (9235)
- Menikha
Maulida (9236)
- ANTISEPTIK DAN DESINFEKSI
Antiseptik berasal dari bahasa yunani yang secara
singkat berarti kuman. Secara umum, antiseptik dan desinfeksi adalah untuk
mengeliminasi mikroba patogen pada berbagai sarana atau peralatan, terutama
sarana atau peralatan yang langsung digunakan pada prosedur atau tindakan medis
serta mikroba yang lekat dengan para petugas. Demikian juga untuk setiap
prosedur atau tindakan medis atau perawatan yang ditunjukan kepada penderita,
yang akan beresiko masuknya mikroba patogen ke tubuh penderita. (Darmadi, 2005)
Desinfektan adalah senyawa kimia yang mempunyai sifat
bakteriostatik dan bakterisidal. Tujuan digunakan desinfektan adalah untuk
membunuh bakteri patogen yang penularannya melalui air seperti bakteri penyebab
typus, kolera disentri, dan lain-lain. (waluyo, 2005).
Antiseptik adalah zat- zat yang membunuh atau mencegah
pertumbuhan mikroorganisme. Istilah ini terutama digunakan untuk sediaan yang
dipakai pada jaringan hidup. (staf UNISRI, 2008:163)
Selain itu tujuan antiseptic menurut darmadi, 2008
adalah:
1. Untuk
pengobatan local misalnya pada kulit, mulut, atau tenggorokan
2. Untuk
irigasi daerah- daerah tubuh yang terinfeksi
3. Untuk
mencuci luka terutama luka kotor
4. Untuk
mencegah infeksi pada perawatan luka
5. Untuk
mencuci kulit sebelum operasi untuk mencegah infeksi
6. Untuk
mencuci tangan sebelum operasi untuk mencegah infeksi silang.
B. GOLONGAN
DESINFEKTAN DAN ANTISEPTIK
1. Garam
Logam Berat
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan
perak dalam jumlah yang kecil saja dapat membunuh bakteri, yang disebut
oligodinamik.
2. Zat
Perwarna
Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri
mempunyai daya bakteriostatis.Daya kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri
gram positif, walaupun beberapa khamir dan jamur telah dihambat atau dimatikan,
bergantung pada konsentrasi zat pewarna tersebut.
3. Klor
dan senyawa klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum.
persenyawaan klor dengan kapur atau dengan natrium merupakan desinfektan yang
banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan minum.
4. Fenol
dan senyawa-senyawa lain yang sejenis
Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan.
Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya dari pada fenol. Lisol ialah
desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol. Lisol lebih banyak
digunakan dari pada desinfektan-desinfektan yang lain.
5. Kresol
Kresol efektif sebagai bakterisida,dan kerjanya tidak
banyak dirusak oleh adanya bahan organic. Namun, agen ini menimbulkan iritasi
(gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena itu digunakan terutama sebagai
disinfektan untuk benda mati.
6. Alkohol
Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa
digunakan, isoprofil dan benzylalcohol juga antiseptic. Benzyl alcohol biasa
digunakan terutama karena efek
preservatifnya (sebagai pengawet).
7. Formaldehida
Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila
digunakan sebagai gas. Agenini sangat efektif di daerah tertutup sebagai
bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair sekitar 37%, formaldehida dikenal
sebagai formalin.
8. Etilen
Oksida
Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida
merupakan agen pembunuh bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif.
Sifat penting yang membuat senyawa ini menjadi germisida yang berharga adalah
kemampuannya untuk menembus ke dalam dan melalui pada dasarnya substansi yang
manapun yangtidak tertutup rapat-rapat.
9. Hidogen
Peroksida
Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang,
karena kemampuannya mengoksidasi. Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering
digunakan dalam pembersihan luka, terutama luka yang dalam yang di dalamnya
kemungkinandimasuki organisme aerob.
10. Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan
etilen oksida. Agen ini mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih
besar dari pada yang diperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif.
11. Senyawa
Amonium Kuaterner
Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang
empat subtituennya mengandung karbon, terikat secara kovalen pada atom
nitrogen. Senyawa – senyawa ini bakteriostatis atau bakteriosida, tergantung
pada konsentrasi yang digunakan; pada umumnya, senyawa-senyawa ini jauh lebih
efektif terhadap organisme gram-positif dari pada organisme gram-negatif.
12. Sabun
dan Detergen
Sabun bertindak terutama sebagai agen akti-permukaan,
yaitu menurunkan tegangan permukaan. Efek mekanik ini penting karena bakteri,
bersama minyak dan partikel lain, menjadi terjaring dalam sabun dan dibuang
melalui proses pencucian.
13. Sulfonamida
Banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang
mengandung belerang sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan lagipula tidak
merusak jaringan manusia. Terutama
bangsa kokus seperti Sterptococcus yang mengganggu tenggorokan, Pneumococcus,
Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamide.
14. Antibiotik
Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh
mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya
penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain. (Chandra B, 2007)
- KRITERIA ANTISEPTIK DAN DESINFEKTAN YANG IDEAL.
Menurut staf pengajar departemen farmakologi fakultas
kedokteran UNSRI di dalam bukunya : kumpulan kuliah famakoloi, antiseptic dan desinfektan yang ideal memiliki sifat-
sifat yang ideal pula.
Sifat-
sifat desinfektan yang ideal adalah :
1. Efektivitas
germisid tinggi
2. Spektrum
antimikroba luas meliputi spora, bakteri, fungi, virus dan protozoa.
3. Efek letalnya cepat dan dapat dicapai walau terdapat bahan
organic seperti darah, sputum, dan tinja sehingga kemungkinan adanya
resistensi dapat dicegah.
4. Dapat
menembus ke celah- celah rongga dan kelapisan bawah organik.
5. Sifat kimiawi dan fisik stabil sehingga dapat bercampur
dengan sabun dan substansi kimia lain.
6. Bersifat non korosif dan non destruktif terhadap alat/ bahan
yang diberi desinfektan tersebut
7. Faktor estetika seperti bau dan warna kadang- kadang
merupakan factor penentu untuk pemakaian desinfektan
8. Harga
murah dan mudah di dapat
Sifat-
sifat antiseptik yang ideal adalah:
1. Efektivitas
germisid tinggi.
2. Bersifat
cepat dan tahan alam.
3. Bersifat
letal terhadap mikroorganisme.
4. Spectrum
sempit terhadap infeksi terhadap mikroorganisme yang sensitive.
5. Tegangan
permukaan yang rendah untuk pemakaian topical.
6. Indeks
terapi, ini merupakan factor penentu penggunaan antiseptic.
7. Tidak
memberikan efek sistemik bila diberikan secara topical.
8. Tidak
merangsang terjadinya reaksi alergi.
9. Tidak
diabsorpsi.
D. APLIKASI
DESINFEKSI DAN ANTISEPTIK KEDOKTERAN GIGI.
Desinfeksi
adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara
fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam
membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi
permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Antiseptik
adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada
jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat
pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari
toksisitasnya. Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan
alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses
disinfeksi.
Macam-macam
desinfektan yang digunakan:
1. Alkohol
Etil
alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit.
Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi
untuk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol
untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek
sisa.
2. Aldehid
Glutaraldehid
merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik
tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat.
Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat
disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa
steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada
instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker,
kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2%
efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus
akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.
3. Biguanid
Klorheksidin
merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang
kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada
detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat
pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada
konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini
sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada
rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan
salivary mucus.
4. Senyawa
halogen
Hipoklorit
dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun murah
dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan
oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).
5. Fenol
Larutan
jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat
yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini
bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar
bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan
laboratorium.
Salah jenis fenol yaitu
Timol (isopropil m-kresol). Bersifat antibakterial dan antifungial. Zat ini
digunakan untuk pengobatan jerawat (dalam bentuk lotion), hemoroid analgetik
topikal, obat batuk, obat kumur dan deodoran. Klorotimol sering terdapat pada
sediaan untuk gigi, gusi dan mukosa bukalis sebagai pembersih mulut (gargel).
6. Klorsilenol
Klorsilenol
merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai
antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya
terbatas sebagai desinfektan
misalnya
Dettol. (staf UNISRI, 2008:163)
DAFTAR
PUSTAKA:..
Darmadi, 2008, infeksi
nasokomial problematika dan pengendalian, Salemba Medika, Jakarta.
Waluyo,Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM
Press.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi. 2008. Kumpulan
Kuliah Farmakologi. Edisi 2. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. EGC.
Jakarta
Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan,
Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.